Aduhhhh…. Susah banget sihh jadi perempuan,..!! ini gk boleh… itu gk boleh..!! mau berkarir di batesin, sekolah katanya gk perlu tinggi – tinggi,...!! truss bolehnya apaa yaa.. ?? hanya di rumah mengurus suami & anak saja ??
Bener gk sihh Islam memberikan batasan wanita dalam beraktivitas, apa saja batasannya, dan kenapa.. ? atau itu hanya propaganda musuh – musuh islam dalam menciptakan “islamphobia” sehingga ajaran islam akan ditinggalkan oleh ummatnya sendiri. Bukan kah kata Nabi S.A.W “Islam diawali dengan keterasingan dan di akhir zamanpun islam akan kembali menjadi asing” semoga Allah menjauhkan kita dari hal tsb.
Emansipasi berasal dari bahasa latin “emancipatio” yang artinya pembebasan dari tangan kekuasaan. Di zaman Romawi dulu, membebaskan seorang anak yang belum dewasa dari kekuasaan orang tua, sama halnya dengan mengangkat hak dan derajatnya.
Gerakan emansipasi wanita ini sebenarnya tumbuh subur dari akar system sekuler tatkala mereka memisahkan nilai agama dari kehidupan, mengganti dengan pemikiran yang bersumber dari ideology materialisme, rasionalisme, komunisme, kapitalisme, nasionalisme, sosialisme serta liberalisme. Semua pemikiran tersebut berangkat dari sikap penolakan wahyu dan mengingkari adanya Allah sehingga menuhankan diri sendiri dan membuat aturan sendiri. Emansipasi wanita sangat giat dalam memutarbalikkan kebenaran dan pemahaman yang dipengaruhi oleh kepentingan materi serta pemikiran social untuk menghilangkan nilai agama dan melunturkan aqidah bahkan mempromosikan pemikiran atheis.
Hak asasi wanita menurut konsep mereka adalah dengan menelantarkan pekerjaan rumah tangga, mengabaikan dalam mengasuh anak, karena pekerjaan rumah tangga adalah sebagai bentuk usaha yang tidak menghasilkan keuntungan materi, dan merupakan tugas sampingan yang bersifat sukarela dan menyibukkan wanita di rumah akan membunuh kreatifitas dan potensi SDM. Bagaimana bisa mendidik anak, menjaga martabat, membina keutuhan keluarga dan menciptakan ketenangan jiwa, jika semua itu mereka anggap merugikan dan membunuh kreatifitas? Justru orang yang tidak kreatiflah yang berfikiran seperti itu. Wanita sebagai ibu rumah tangga tetap bisa mengeluarkan kreatifitasnya. Yaitu dengan melakukan pekerjaan-pekerjaan di rumah yang sesuai dengan tabiatnya. Seperti menjahit, memasak, merawat tanaman, dan sebagainya.
Jauh sebelum barat memplokamirkan emansipasi wanita, islam telah lebih dahulu mengangkat derajat wanita dari masa pencapakan di era jahiliah ke masa kemuliaan wanita.
“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin[1218], laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.(Al-Ahzab : 35)”
Dari ayat diatas kita bisa melihat betapa islam tidak membedakan antara wanita dan laki-laki, semua sama dihadapan Allah Ta’ala, yang membedakan adalah mereka yang paling tinggi taqwanya. Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyebutkan dari Ibnu Abbas r.a bahwa ayat diatas (AlAhzab:35) turun berkenaan dengan pertanyaan para wanita.”mengapa dalam Al-Qur’an disebutkan para laki-laki sementara para wanita tidak?” . Maka turunlah ayat ini.
Sekarang yukk sama – sama kita tengok bagaimanakah peran wanita pada zaman gemilangnya islam yang telah melahirkan keturunan – keturunan yang memberikan bobot pada bumi ini dengan kalimat Laa ilaahaillaLlah :
- Ummul Mu’minin dalam kacamata islam Khodijah binti Khuwalid, sosok seorang muslimah ideal yang hidup di masa Rosulullah, sosok yang paling baik dalam hal kesalehan, kemurahan hati, kedermawanannya dan suka mementingkan orang lain. Sebagai seorang istri Khadijah selalu mendampingi Rosulullah dalam sukan dan duka, memerhatikan apa yang mendatangkan keridhaan dan kebahagiaan suaminya, berbuat baik kepada orang yang dicintai Rosulullah serta memelihara kehormatan dirinya. beliau selalu meneguhkan hati suaminya dan meringankan bebannya. Sebagai seorang ibu bersama dengan Rosulullah berhasil mengasuh dan mendidik putrid – putrinya menjadi perempuan yang shalehah.
- Ummul Mukminin Aisyah binti Abu Bakar Ash Shidiq, dikenal dengan zuhud dan dermawan dan sebagai orang yang paling dalam ilmunya. Beliau telah meriwayatkan hadits Rosulullah sebangyak 2.220 hadits. Menjadi rujukan para sahabat atas berbagai persoalan dan memiliki pengetahuan dalam ilmu pengobatan dan ikut bergabung dalam beberapa peperangan bertugas memberi minum, mengobati & menyediakan makanan, diantaranya Perang Uhud dan Perang Khandaq.
- Fatimah binti Muhammad, dikenal sangat perhatian terhadap ayahnya dan selalu mendukung perjuangan ayahnya dalam menegakkan islam. Dan disebut-sebut oleh rosulullah sebagai “Ummu abiha” atau seorang wanita yang akan melahirkan ayahnya.
- Ummul Mukminin Zainab binti Jahsy, dikenal paling suka menyambung tali silaturrahim. Beliau berkarya dengan keterampilan tangannya sendiri menyamak dan menjahit kulit. Dan dari hasil itu dia bersedekah dijalan Allah
- Ummu Athiyyah Al Anshariyyah, salah satu perempuan yang ikut berbaiat kepada Rosulullah, telah mengikuti perang bersama Rosulullah sebanyak 7 kali.
Ada lagi nihh suatu peristiwa, kaum muslimah pernah meminta Rasul supaya diadakan pertemuan khusus bagi mereka dalam mempelajari ilmu karena mereka melihat bahwa para sahabat mendapat kesempatan berkumpul lebih banyak untuk mendapatkan ilmu. Ternyata Rosulullah mengabulkan permintaan tersebut. Ini bukti yang menunjukan betapa perempuan di zaman Rasulullah dan Khulafaaraasyidin mendapat kedudukan yang sama sebagaimana laki – laki, namun bukan emansipasi yang kebablasan, sehingga membuat seorang wanita melupakan tugasnya sebagai “Madrasatul uula” madrasah pertama bagi anak – anaknya, wanita mempunyai peran penting dalam mencetak anak – anak nya menjadi generasi – generasi penerus yang memberikan bobot pada bumi ini dengan kalimat laa ilaaha illaLlah. Bahkan Ibu Kartini sebagai tokoh pergerakan wanita Indonesia menulis ;
"Kami di sini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anak perempuan, bukan sekali-kali karena kami menginginkan anak-anak perempuan itu menjadi saingan laki-laki dalam perjuangan hidupnya. Tapi karena kami yakin akan pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum wanita, agar wanita lebih cakap melakukan kewajibannya, kewajiban yang diserahkan alam sendiri ke dalam tangannya: menjadi ibu, pendidik manusia yang pertama-tama. “ [Surat Kartini kepada Prof. Anton dan Nyonya, 4 Oktober 1902].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar