Selasa, 05 Juli 2011

menggapai mimpi


Narasumber     : Drs. Adi Nugroho
Persenter      : Aulya Idris
Kira-kira dorongan psikologis seperti apa yang mempercepat tergapainya mimpi?Ternyata hanyalah dorongan yang sederhana dan semua orang mempunyai potensi tersebut tetapi sering dilupakan bahkan hampir hanya bersemayam pada sebagian kecil penduduk dunia ini. Hal sederhana apa yang dimaksud?
Bersyukur, indahnya bersyukur.

Ada suatu pendapat bahwa jika kita masih punya makanan di almari, masih punya pakaian yang kita pakai, dan masih punya atap yang menaungi dari panas dan hujan maka kita termasuk manusia yang bahagia dibanding dengan 75% penduduk bumi. Kita masih bisa sholat di masjid, mendatangi pertemuan-pertemuan pengajian tanpa ada keraguan, kecemasan, ketakutan untuk ditangkap, dipenjara, atau bahkan mungkin dibunuh oleh suatu kekuatan maka kita termasuk lebih beruntung dari pada penduduk bumi 3 milliard orang. Hal-hal seperti itu sering tidak menyemayamkan rasa syukur di hati kita. Jadi, jika ada orang bilang bahwa kalau bakat itu adalah suatu gift, talenta, pemberian dari Allah maka kalau bersyukur itu adalah karakter, dan karakter itu adalah bebas. Apa yang kita mau? Apakah kita mau menjadi orang yang bersyukur atau orang yang kufur? itu adalah pilihan. Kita menjadi orang yang bersyukur yang mempunyai karakter adalah sebuah pilihan supaya kita masuk dalam umat yang selalu bersyukur. Kita bisa menghirup oksigen tanpa bantuan biaya adalah suatu kenikmatan yang diberi oleh Allah SWT, coba bandingkan dengan orang-orang yang terbaring di rumah sakit yang harus menggunakan bantuan oksigen untuk bernafas dan itu pun harus membayar, betapa bersyukurnya kita. Rasa bersyukur serasa diabaikan jika dibandingkan dengan intensitas permohonan kita. Ibaratnya kalau mempunyai CD untuk merekam maka kita butuh berjuta-juta CD untuk merekam permohonan manusia, tetapi kita hanya cukup satu CD untuk merekam bagaimana rasa syukur manusia pada apa yang telah dimiliki kepada Allah SWT, betapa tidak imbangnya. Kebanyakan sistematikanya adalah berdo’a dahulu → dikabulkan → bersyukur, jarang orang bersyukur terlebih dahulu kemudian berdo’a. Ini menjadi suatu renungan untuk kita semua, termasuk yang mana kah kebiasaan yang kita miliki? Padahal Allah sendiri menuntunkan sebagai contoh pada surat Al-Fatehah yang ayatnya berbunyi “Bismillāhir rahmānir rahīm (jeda) Alhamdu lillāhi rabbil ‘ālamīn”, setelah bismillah langsung kalimat alhamdulillah dalam artian berterimakasih terlebih dahulu baru kemudian memohon. Kita terbiasa mengeluh, memohon terlebih dahulu, yen diparingi ora bersyukur atau setelah diparingi baru bersyukur, nah ini mengakibatkan betapa mudahnya kita kecewa karena untuk bersyukur harus menunggu hasilnya terlebih dahulu, kita melupakan hasil yang sudah kita terima saat ini.
Orang selalu memohon dari pada selalu bersyukur, orang selalu meminta daripada selalu berterima kasih. Kalau kita ingin menggapai mimpi kita jangan lupakan apa yang sudah menjadi milik kita yang saat ini kita miliki.
Bersyukur adalah katalisator untuk menggapai mimpi-mimpi kita. Tentang mimpi, bayangkanlah mimpi kita sudah dikabulkan sekalipun kenyataanya belum dikabulkan tetapi kita selalu bersyukur terlebih dahulu bahwa seakan-akan mimpi kita sudah tercapai, maka lihatlah pencapaian penggapaian mimpi akan lebih cepat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar