“Saya seorang suami usia 40an tahun. Saya lebih suka dipanggil ‘mas’ oleh istri saya daripada dipanggil ‘bapaknya anak-anak’. Apakan saya berlebihan dengan sikap seperti itu? Menurut saya, saya merasakan harmonis sekali setelah usia segini(40+) jika dibandingkan saat baru nikah dahulu. Namun, kemudian saya berpikir akhir-akhir ini bahwa kecemburuan saya meningkat karena istri saya pernah ditelepon oleh orang yang mau menikahi istri saya dahulu tapi istri saya tidak mau. Nah sekarang saya justru semakin lebih sayang lagi kepada istri sampai-sampai kalau mau tidur saya pijetin. Apakah saya berlebihan?”
Dalam hubungan suami istri tidak ada sesuatu yang berlebihan untuk kemesraan asalkan sesuai dengan tuntunan dalam Al-Qur’an. Perlakukan dan dekati pasangan Anda dengan baik, ‘dengan baik ‘ maksudnya adalah sesuai dengan tuntunan. Semua sudah ada ilmunya dalam Islam, apabila ingin membuat romantisme seperti apa pun itu boleh saja namun sekali lagi harus sesuai dengan tuntunan. Tidak ada hal-hal yang menghalangi romantisme dalam bercengkrama suami dengan istri, masalah kalau maunya dipanggil ‘mas’ ya tidak ada salahnya atau misalnya ‘sayang, udah maem?’ atau ‘honey’ itu boleh dan bukan termasuk lebay.
Alasan ‘dengan ditelepon laki-laki kok tambah sayang’ justru menjadikan sang istri ingin terus ditelpon laki-laki lain supaya suami tambah sayang. Statement tersebut memberikan kesimpulan bahwa tambah sayangnya suami kepada istri karena sang istri diperhatikan laki-laki lain dan atau bisa juga menimbulkan anggapan bahwa suatu saat nanti begitu tidak ada laki-laki lain yang memperhatikan istri Anda kemudian mengira si-istri sudah tidak laku kemudian diklèmprakké, jangan seperti itu. Jadi, bertambah sayang kepada istri tentunya berharap supaya sang istri betul-betul nyaman dengan Anda, insyaAllah nanti bakti istri kepada Anda otomatis totalitas akan bertambah. Tidak ada kata ‘berlebihan’ antara suami dan istri asal sama-sama ridhonya.
Anda termasuk berperilaku yang positive karena tidak cemburu buta, misalnya saja, melihat sang istri ditelepon laki-laki lain kemudian suami merasa tidak terima malah perilaku suami menjadi perilaku yang negative. Dikondisikan seperti kompetisi saja “kalau kamu(misal: laki-laki yang menelepon si-istri) dapat menelepon istri saya, maka saya(suami) tidak hanya menelepon bahkan dapat memeluk dan lain-lainnya lebih dari yang kamu(laki-laki yang menelepon si-istri) lakukan”. Makanya, sang suami tentunya lebih mampu memperlakukan sang istri jauh lebih baik.
Istri yang kretif kadang-kadang menciptakan panggilan untuk suaminya tidak hanya satu (bervariasi) seperti contohnya: mas, honey, sayang, cinta, dèn bagus-è, dll begitu juga dengan suami, namun panggilan yang baik-baik dan indah karena berbicara efektif mengeluarkan kata-kata yang baik.